Minggu, 18 Oktober 2009


Pelajaran Dibalik Waktu Terjadinya Gempa Padang dan JambiOct 3, '09 1:35 PM
for everyone


Melalui Ayat Dengan Makna Senada

Oleh : Ferry Djajaprana *)

Tulisan berikut ini dibuat untuk sebagai bahan pelajaran tafsir ayat Al Quran dan masih berupa sketsa global sebagai hasil dari gothak-gathik , jadi Anda diperkenankan menafsirkan/menakwilkan sendiri melalui perenungan (tafakur) atau mengingat akan Allah (tadzakur).

Berikut ini adalah tafsir Al Quran yang bersifat baku, adapun ayat-ayat yang diambil memang ada korelasinya dengan bencana. Hanya saja tidak dimaksudkan memaknai secara langsung musibah di Padang dan Jambi karena jam gempa yang ditulis bersifat subyektif. Alasannya karena masing-masing media tidak sama menuliskan jam yang tepat saat bencananya.

17:16 > Kejadian pertama Gempa Padang.

Surat 17 = Al Israa Ayat 16.

"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya"

17.58 > Gempa susulan di Padang.

Surat Al Israa Ayat 58.

"Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh)."

Mukadimah Al Israa :

Surat ini dinamakan pula dengan Bani Israil artinya keturunan Israil berhubung dengan permulaan surat ini, yakni pada ayat kedua sampai dengan ayat kedelapan dan kemudian dekat akhir surat yakni pada ayat 101 sampai dengan ayat 104, Allah menyebutkan tentang Bani Israil yang setelah menjadi bangsa yang kuat lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena menyimpang dari ajaran Allah s.w.t. Dihubungkannya kisah Israa' dengan riwayat Bani Israil pada surat ini, memberikan peringatan bahwa umat Islam akan mengalami keruntuhan, sebagaimana halnya Bani Israil, apabila mereka juga meninggalkan ajaran-ajaran agamanya.

Pokok-pokok isinya:

1. Keimanan:
Allah tidak mempunyai anak baik berupa manusia ataupun malaikat; Allah pasti memberi rezki kepada manusia; Allah mempunyai nama-nama yang paling baik; Al Quran adalah wahyu dan Allah yang memberikan petunjuk, penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman; adanya padang Mahsyar dan hari berbangkit.

2. Hukum-hukum:
Larangan-larangan Allah tentang: menghilangkan jiwa manusia; berzina, mempergunakan harta anak yatim kecuali dengan cara yang dibenarkan agama; ikut-ikutan baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan dan durhaka kepada ibu bapa. Perintah Allah tentang: memenuhi janji dan menyempurnakan timbangan dan takaran, melakukan shalat lima waktu dalam waktunya.

3. Kisah-kisah:
Kisah Israa' Nabi Muhammad s.a.w., beberapa kisah tentang Bani Israil.

4. Dan lain-lain:
Pertanggungan jawab manusia masing-masing terhadap amal perbuatannya; beberapa faktor yang menyebabkan kebangunan dan kehancuran suatu umat; petunjuk-petunjuk tentang pergaulan dengan orang tua, tetangga dan masyarakat; manusia makhluk Allah s.w.t. yang mulia, dalam pada itu manusia mempunyai pula sifat-sifat yang tidak baik seperti suka ingkar, putus asa dan terburu-buru; dan persoalan roh.

dan;

8:52 > Kejadian Gempa di Jambi.

Berisi tentang Kebinasaan Suatu kaum karena ulah mereka sendiri

Surat Al Anfaal Ayat 52

"(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi amat keras siksaan-Nya."

Mukadimah Al Anfaal, salah satunya berisi tentang keimanan.

Allah selalu menyertai orang-orang yang beriman dan melindungi mereka; menentukan hukum-hukum agama itu hanyalah hak Allah; jaminan Allah terhadap kemenangan umat yang beriman; 'inayat Allah terhadap orang-orang yang bertawakkal; hanyalah Allah yang dapat mempersatukan hati orang yang beriman; tindakan-tindakan dan hukum-hukum Allah didasarkan atas kepentingan umat manusia; adanya malaikat yang menolong barisan kaum muslimin dalam perang Badar; adanya gangguan-gangguan syaitan pada orang-orang mukmin dan tipu daya mereka pada orang-orang musyrikin; syirik adalah dosa berat.

Mohon direnungkan semampu Anda..

Salam,

Http://ferrydjajaprana.multiply.com

Note :

*) Tulisan ini menjawab pertanyaan Mas Adji - sahabat dari Persaudaraan Universal & Beceka


donleeuw wrote on Oct 4
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh pak ferry,
Teringat saya kejadian banjir besar di cina beberapa bulan yg lalu,lantas saya baca surat yaasiin ayat 6 : "litundzira qaumam maa undzira aabaauhum fahum qhaafiluun".
Supaya engkau memberi peringatan kepada kaum yang nenek moyang mereka belum pernah diberi peringatan,sehingga mereka jadi kaum yang lalai.

Kemudian disambut dengan suara yg keras mengguntur: "Wa in nasya'nughrighum fa laa shariikhalahum wa laa hum yunqadzuun".
Padahal apabila kami berkehendak, niscaya kami tenggelamkan mereka,maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak pula mereka diselamatkan.

Sekedar info untuk pak ferry, saya ingin mengatakan bahwa jakarta bagian selatan akan mengalami bencana, seandainya pak ferry tinggal di jakarta, berhati-hatilah dan ingat selalu pada Allah, kita mohon perlindungan kepada Allah.Saya juga turut berdoa.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sayyid.
flatgemilang wrote on Oct 5
amat tepat dan baik sekali penjelasan pak
ferrydjajaprana wrote on Oct 5
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh pak ferry,
Teringat saya kejadian banjir besar di cina beberapa bulan yg lalu,lantas saya baca surat yaasiin ayat 6 : "litundzira qaumam maa undzira aabaauhum fahum qhaafiluun".
Supaya engkau memberi peringatan kepada kaum yang nenek moyang mereka belum pernah diberi peringatan,sehingga mereka jadi kaum yang lalai.

Kemudian disambut dengan suara yg keras mengguntur: "Wa in nasya'nughrighum fa laa shariikhalahum wa laa hum yunqadzuun".
Padahal apabila kami berkehendak, niscaya kami tenggelamkan mereka,maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak pula mereka diselamatkan.

Sekedar info untuk pak ferry, saya ingin mengatakan bahwa jakarta bagian selatan akan mengalami bencana, seandainya pak ferry tinggal di jakarta, berhati-hatilah dan ingat selalu pada Allah, kita mohon perlindungan kepada Allah.Saya juga turut berdoa.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sayyid.
Waalaikumsalam WW,
Terimakasih atas komentar dan advicenya Pak Sayyid, sangat berguna bagi kami. Kebetulan kami rumahnya di Selatan Jakarta.. bagaimanapun bencana memang selalu dekat dengan kehidupan manusia Indonesia karena kondisi negaranya yang labil... padahal "orang bilang tanah kita tanah surga.."
Seakrab dengan bencana, semestinya kita juga akrab dengan Tuhan kita..
ferrydjajaprana wrote on Oct 5
amat tepat dan baik sekali penjelasan pak
Terimakasih atas apresiasinya Pak Cik Halim
ferrydjajaprana wrote on Oct 5
K. Luthfie Ghozali :
Apakah hati kita berani mengatakan fenomena ini merupakan kejadian yang kebetulan ….. ?? Padahal Allah juga berfirman::

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka".(QS.Shood(38):27)

Semoga pesan ini mampu menambah introspeksi diri bagi kita semua .. amiin
ferrydjajaprana wrote on Oct 5
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
657 Gempa Diikuti Tsunami, Isyarat Allah


Ta'ziah untuk semua penduduk di Aceh sebagai front terdepan khususnya dan
daerah bumi yang lain umumnya, yang mengalami musibah gempa bumi dan
tsunami, semoga Allah memberikan rahmat kesabaran atas segala ujianNya.


Dihimbau kepada DPP IMMIM untuk mengumumkan kepada masjid-masjid agar
setelah shalat Jum'at, supaya melaksanakan Shalat Ghaib untuk Korban Tsunami
di Aceh.


***


Wilayah Indonesia menyimpan daerah potensial gempa tektonik, dengan adanya
patahan dari tiga buah lempengan kerak bumi yang besar, yaitu lempeng
Indo-Australia (di selatan), lempeng Pasifik (di timur laut), dan lempeng
Eurasia (di sebelah barat daya).


Sebagian besar tsunami yang terjadi di dunia disebabkan oleh pergeseran
vertikal lempengan kerak bumi (subduksi) di bawah dasar laut dalam yang
berwujud gempa bumi tektonik. Adapun gempa bumi tektonik ini tidak dapat
dideteksi sebelumnya, tidak seperti gempa vulkanik. Manusia dengan ilmunya
tidak mampu "menciptakan" teknologi yang dapat melacak kapan terjadinya dan
apa yang menjadi "pelatuk" subduksi yang berwujud gempa tektonik itu. Akal
manusia tidak mampu untuk hal itu. Yang manusia mampu, hanya mengobservasi
daerah potensial terjadinya sumber gempa tektonik yang berupa patahan
lempengan kerak bumi itu.


Ada baiknya saya cuplik dari Seri 610, bertanggal 18 Januari 2004, lihat di
antara tanda [ ]:


[Dalam ayat Qawliyah disebutkan tiga malaikat yang menjelma sebagai manusia
yang ditugaskan oleh Allah SWT untuk membinasakan negeri Sodom dan Qamran.
Sebelum ketiga malaikat itu "bekerja", terlebih dahulu mendatangi Nabi Luth
AS menyuruh beliau dan pengikutnya (Ali Luth) untuk meniggalkan pemukimannya
itu. Bagaimana caranya malaikat itu "bekerja", maka perlu dipelajari ayat
Kawniyah.


Hasil penelitian ilmiah kontemporer menjelaskan, bahwa Lembah Siddim, yang
di dalamnya terdapat kota Sodom dan Qamran merupakan daerah patahan atau
tempat kedudukan titik-titik bertemunya dua lempengan kerak bumi. Patahan
itu berawal dari tepi Gunung Taurus, memanjang ke pantai selatan Laut Mati
dan berlanjut melewati Gurun Arabia ke Teluk Aqaba dan terus melintasi Laut
Merah, hingga berakhir di Afrika. Bila dua lempengan kerak bumi ini
sekonyong-konyong bergeser vertikal dengan mendadak maka akan menimbulkan
gempa bumi tektonik dahsyat yang diikuti dengan tsunami, yaitu gelombang
laut yang sangat besar yang menyapu kawasan pesisir pantai. Juga biasa
diikuti dengan letusan lava/lahar panas dari perut bumi. Dari apa yang
dipelajari dari ayat Kawniyah tersebut, rupanya dapat diambil kesimpulan
bahwa ketiga malaikat itu menggeser vertikal kedua lempengan kerak bumi di
daerah patahan tersebut, maka timbullah gempa bumi dahsyat.]


Itulah campur tangan "secara langsung" dari Allah SWT dengan mengirim
malaikat menjadi pemicu (baca: pelatuk) gempa tektonik itu. Dalam Al Quran
diinformasikan tentang beberapa "kerja-kerja" malaikat itu. Secara zhahir
Nabi Musa AS memukulkan tongkatnya di atas Laut Merah, namun yang tak dapat
dilihat dengan mata kasar, adalah malaikat yang berkerja membuat "jalan tol"
dengan menghembus menguakkan air laut kanan-kiri, sehingga terbentuklah
jalan tol itu. Pada perang Khandaq "kerja" malaikat itu menghembuskan angin
badai yang sangat dingin yang memporak-perandakan perkemahan pasukan Al
Ahzab (konfederasi Quraisy, Ghatafan, Yahudi) yang mengepung kota Madinah.
Firman Allah:
-- FARSLNA 'ALYHM RYhA WJNWDA LM TRWHA (S. ALAhZAB, 33:9), dibaca: fa
arsalna- 'alayhim ri-haw wajunu-dal lam tarauha- (s. al ahzab), artinya:
maka Kami kirim kepada mereka angin badai dan pasukan yang kamu tidak
melihatnya.


***


Seperti dikatakan di atas, manusia hanya mampu mengobervasi patahan lempeng
kerak bumi sebagai daerah potensial gempa tektonik. Akal manusia tidak mampu
menciptakan teknologi yang dapat melacak kapan terjadinya dan apa yang
menjadi "pelatuk" gempa tektonik itu. Dan juga seperti yang termaktub dalam
Seri 610 dengan informasi dari ayat Qawliyah tentang tiga malaikat yang
diutus Allah kepada Nabi Luth AS beserta informasi dari ayat Kawniyah bahwa
Lembah Siddim terletak pada patahan dua lempengan, menjadi petunjuk bahwa
ketiga malaikat itulah yang memicu pelatuk menggeser vertikal daerah patahan
pada lembah Siddim, sehingga timbul gempa tektonik. Allah SWT Yang campur
tangan secara langsung yang mengutus malaikat memicu pelatuk gempa tektonik
itu, merupakan isyarat dari Allah untuk kita pikirkan maknanya.


Tak ayal lagi gempa tektonik 150 kilometer sebelah Barat Daya Aceh yang
menyebabkan timbulnya tsunami yang menyapu Aceh sebagai front terdepan
adalah isyarat Allah SWT yang perlu kita tepekur merenungkan makna isyarat
itu. Maha Rahman menjilat Aceh dari lautan, Maha Rahim mengisap Aceh dari
bawah bumi. Manusia yang mulia dan paling beruntung adalah yang segera
dipisahkan oleh Tuhan dari dunia. Demikian gaya budayawan Emha Ainun Nadjib
(EAN) mengekspresikan "mati syahid" bagi mereka yang meninggal dalam musibah
gempa bumi dan tsunami di Aceh itu. Dan bagi mereka yang hidup EAN berkata:
Rakyat Aceh dan Indonesia kini terbebas dari blok-blok psikologis yang
memenjarakan mereka selama ini, karena air mata dan duka mereka menyatu,
sehingga akan lahir keputusan dan perubahan sejarah yang melapangkan kedua
pihak".


Benarlah yang dikatakan EAN itu. Air mata dan duka menyatukan dan
melapangkan dada kedua pihak yang bertikai yaitu Jakarta vs GAM. Aceh perlu
dibangun dari reruntuhan. Sejarah pertikaian politik dan senjata perlu
dilupakan. Blok-blok psikologis ditepis, semuanya memfokuskan perhatian pada
kerja berat, dan dana yang tidak sedikit sekitar Rp.10 triliun, serta makan
waktu yang panjang untuk membangun Aceh kembali. Ya, semuanya, bukan orang
Aceh saja tetapi seluruh rakyat Indonesia, rakyat sipil, birokrat, Polri,
ABRI dan GAM. Darurat sipil dicabut disertai amnesti umum dan GAM mundur
selangkah, menerima kenyataan Otonomi Khusus "Syari'at Islam" di Nanggroe
Aceh Darussalam dalam pangkuan Republik Indonesia. Semoga isyarat Allah
berupa tsunami itu dapat dihayati dengan baik, sehingga terciptalah damai di
Aceh. WaLlahu a'lamu bisshawab.


*** Makassar 2 Januari 2005
ferrydjajaprana wrote on Oct 5
Atiek Istijarti:
"Setuju sekali dg pak Zen tidak ada istilah kebtln...semua adalah lahan introspeksi bagi kita....
Sdkt kalo boleh kembali kt lht dr Qs 17 :16 -->
Ayat 16 --> 1 + 6 = 7 --> Qs 7 ( Al - A'raaf) tempat tertinggi, saat diberi musibah kt ikhlas menerimanya maka akan memperoleh kedudukan tinggi dinaikkan derajatnya .

Qs 17 mempunyai jml ayat 111--> 1+1+1 = 3 ( hati ) , mr kt melihat musibah ini dg mata hati bkn dg mata kepala, kembali spt ungkapan pak Zen , instrospeksi kt kembalikan lg kepadaNya

Qs 17 -->1+7 = 8 --->Qs 8 ( Al - Anfaal) "harta" rampasan perang , spt sdrku Aley Butho ktkan "selama manusia mempertuhankan dirinya,jabatan,harta" semua adl bcr ttg duniawi ...kt begtu mengagungkan dunia shg mulai lupa dg mslh akherat ....

Mhn maaf jika apa yg sy sampaikan salah ....."
ferrydjajaprana wrote on Oct 6
Achmad Chodjim :

Di sini persoalannya bukan "kebetulan" atau "kebenaran". Yang jelas melakukan justifikasi kejadian dengan ayat-ayat Alquran setelah sesuatu peristiwa "terjadi", bukanlah tujuan diturunkannya Alquran. Ingat, Alquran diturunkan dengan tujuan sebagai "huda" alias petunjuk alias peta bagi manusia (2:185) dan petunjuk untuk berperilaku yang benar bagi orang-orang yang bertakwa (2:2).

Model pembenaran ayat, itu persis 100% dengan orang yang mau taruhan lotere dan beli lembaran ramalan. Setelah nomor lotere diumumkan, petombok lotere itu mengatan "benar.., benar... digambar ini kan kalau dimistik jadinya nomor sekian". sayang gambar yang ditampilkan tidak saya mistisikasi sehingga nomor tombokan saya meleset." Hahaha......

Kalau kita jujur memahami ayat-ayat Alquran dan tidak melakukan pembenaran, maka kita katakan sebelum terjadinya gempa bahwa nanti akan terjadi gempa di Sumatra Barat, hari Rabu, tanggal 30/9/09 jam 17:16, lalu disusul lagi jam 17:38. Adakah orang-orang yang kirim info via sms/email itu mengatakan demikian sebelumnya? Kalau itu yang kita lakukan pasti deh dijamin cespleng, BUKAN cespleng tidak dijamin, hehehe.....

------------ --------- --------- --------- --------- --------- --------- --------- --------- --------- --------- --------- --

Justru kalau kita mau menyimak Alquran dengan kerendahan hati, maka kita sudah diperingatkan:

1) Bencana yang menimpa di bumi (di darat dan di laut) itu disebabkan oleh ulah manusia. Agar manusia sadar dan tidak syirik terus. Q. 30:41-42.

2) Bencana yang menimpa diri kita, itu disebabkan oleh kelakuan kita, justru Tuhan banyak sekali memaafkan kesalahan kita. Q. 42:30.

3) Tuhan telah menetapkan aturan di jagad raya ini, dan kita jangan sekali-kali melanggar keseimbangan alias neraca jagad raya ini. Q. 55:7-9.

Nah, dengan aturan dan peringatan itu, kita harus bertindak benar, berlaku lurus dalam hidup ini agar (1) tidak menimbulkan bencana, (2) terhindar dari bencana. Jadi, kalau kita menyadari kemungkinan tebing itu longsor, maka kita tentunya tidak hidup di bawah tebing, dan pemerintah melarang membangun perumahan di bawah tebing. Bila ini dilakukan maka tak akan terjadi kasus 3 desa terkubur longsoran.

Jadi, marilah kita gunakan kitab suci itu sebagai peta, sebagai bingkai (paradigma) berperilaku dalam kehidupan ini.

Kitab suci bukanlah dalil untuk pembenaran terhadap tindakan kita menteror, membunuh, atau melakukan kezaliman. Kitab suci juga bukan kitab ramalan seperti lembaran-lembaran ramalan untuk tombok lotere.

Wassalam,
chodjim
andrivista wrote on Oct 9, edited on Oct 9
Terus-terang hati saya menjadi sakit, kalau ada orang yang sedang ditimpa musibah, terus malahan disalahin: “Rasain kamu sudah kena bala Allah, Azab Allah, sekarang, kamu banyak buat dosa sebelumnya”. Coba bayangkan, kalau daerah anda terkena musibah, eh bukannya orang lain malah menolong, malah menyalahkan anda. Apa tidak sakit hati,

Kalau belum kena diri sendiri, memang mudah teriak sana-siniiii.......

Betul-betul keterlaluan. Dalam suasana orang-orang sibuk menyelamatkan korban gempa di Padang, ada umat Islam yang sibuk mencari ayat sebagai dalil bagi peristiwa tersebut. Dalam suasana orang-orang berduyun-duyun menyedekahkan hartanya untuk membantu korban, ada umat Islam yang segera mencari ayat untuk membenarkan peristiwa tersebut.

Seandainya suatu musibah terjadi pada zaman para sahabat ra, mereka akan menahan diri untuk membuat berbagai macam komentar sehingga menanyakan sendiri kepada Rasulullah saw: “Kenapa ia terjadi?” Rasulullullah sendiri tidak akan memberi jawaban sehingga memperoleh wahyu dari Allah SWT. Ini karena sekalipun kita beriman bahwa setiap yang terjadi adalah dengan kehendak Allah, menjadi suatu kesalahan yang besar apabila kita membuat asumsi sendiri kenapa Allah melakukannya.

Mungkin memang ada azab atau peringatan, tapi kita tidak pernah tahu. Apalagi sampai dikaitkan dengan nomor-nomor surat al-Quran untuk menjustifikasikan gempa itu adalah azab Allah
Seenaknya saja mentafsirkan al-Quran supaya sesuai dengan pendapat sendiri.....GOBLOOoooK !!

Sebagai umat Islam seharusnya kita bersyukur karena tidak ditimpa bencana tersebut. Salah satu cara adalah dengan membantu sebisa mungkin orang-orang yang tertimpa musibah tersebut....


Wassalamualaikum
Andri Vista Medina

ferrydjajaprana wrote on Oct 17
Terimakasih Mas Andri,
Memang sangat mengecewakan dan tidak bijak kedengarannya.. bila semua ayat yang nota bene sebagai panduan sebelum terjadi, malah dibahas setelah terjadi.. digotak-gatik biar pas, menjadi seperti porkas...
Tapi issue ini berkembang di hampir setiap masjid yang saya datangi untuk shalat jumat pada era akhir-akhir ini (dalam minggu ini).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar